Monday, May 23, 2011

Wanita Selingkuh Selama 16 Tahun Dengan Suami Orang

Bermula dari telephone salah sambung, Lina berkenalan dengan seorang pria. Selama enam bulan, Lina berteman dengan pria tersebut hanya melalui telephone saja, hingga suatu hari mereka akhirnya janji bertemu.

http://www.jawaban.com/news/userfile/200511-ATS-1.jpg

“Akhirnya kami janjian bertemu di sebuah tempat parkiran. Pada saat kami bertemu itu, saya baru tahu kalau dia itu sudah menikah.”

Lina bertanya pada pria itu tentang status pernikahannya, dan pria itu menjawab dengan jujur bahwa ia pria beristri dan beranak dua.

“Jadi saya merasa tidak dibohongi,” demikian tutur Lina, “Karena dari pertama saya sudah tahu status dia.”
Lina sendiri saat itu sedang berpacaran dengan Harry, namun perhatian dan cinta dari pria beristri itu membuatnya buta.

“Saat itu saya masih berhubungan dengan pacar saya, tapi hubungan saya dengan pacar saya tidak bisa membuat saya nyaman seperti saya dengan pria ini.”

Hubungan Lina dengan pria beristri itu semakin dalam, bahkan hingga melakukan hal yang terlarang. Alasan suka sama suka telah membuatnya tidak bisa melihat apakah hal itu dosa atau tidak.

Hingga suatu titik, Lina harus membuat keputusan penting tentang status hubungannya. Ia tahu pasti bahwa ia tidak mungkin mengharapkan pria tersebut menikahinya, jadi ia akhirnya memutuskan untuk menikahi Harry yang selama ini telah ia duakan.

“Saya menikah dengan pacar saya demi status saya menikah. Tapi sementara itu hati saya hanya ke dia, karena bersama dia saya merasakan sesuatu yang special dalam hidup saya.”
Harry, pria yang Lina nikahi ini adalah tipe pekerja keras dan serius, sebaliknya, pria selingkuhan Lina adalah pria yang romantis dan hangat. Hal ini membuatnya sulit melepaskan pria itu. Jadi, sekalipun ia telah menikah, ia masih tetap berselingkuh dengan pria tersebut.

“Saya berusaha menyembunyikan perselingkuhan saya. Kalau tidur handphone saya taruh di bawah bantal,” ungkap Lina.

Sekalipun Harry tidak tahu perselingkuhan istrinya, namun ia merasakan hubungannya dengan Lina terasa dingin.

“Saya merasa istri saya tidak pernah melayani saya dengan baik,” ujar Harry. “Kami jarang melakukan hubungan suami istri yang dari hati ke hati.”

Selama belasan tahun pernikahannya dengan Harry, Lina tetap menjaga rahasia perselingkuhannya dengan pria tersebut serapi mungkin. Hingga suatu hari, Lina merasakan sebuah firasat yang tidak enak tentang pria selingkuhannya itu. Berkali-kali ia menghubungi telephone genggam pria itu, namun tidak diangkat.

“Saya akhirnya telephone ke kantornya, yang mengangkat itu sekretarisnya, saya bilang saya adiknya, sekretarisnya mengatakan dia sudah meninggal 10 menit lalu. Saya langsung shock, saya merasa dunia ini runtuh. Saya merasakan Tuhan itu jahat buat saya, merampas sesuatu yang berharga buat saya.”

Setelah pria yang ia cintai itu meninggal dunia, Lina kehilangan tujuan hidup.

“Tidak ada orang lagi yang mendengarkan saya, tidak ada orang lagi yang jadi teman curhat saya. Walaupun saya bersama suami dan anak-anak, saya merasa kosong. Saya sampai tidak bisa melakukan apapun dalam rumah tangga saya. Saya sudah tidak bisa hidup di dunia.”

Keputusasaan itulah yang dirasakan Lina, ia sudah tidak punya semangat hidup. Hingga suatu hari ia menghadiri sebuah pertemuan.

“Pembicara itu bilang: Tuhan berkata, barang siapa Kukasihi, ia akan ku tegur dan ku hajar. Oleh sebab itu bertobatlah. Saya merasa hal itu buat saya, pada saat lagu “Allah mengerti, Allah peduli” saya sudah tidak kuat lagi, saya pingsan di gereja itu.”

Selesai ibadah, Lina dilayani oleh pendeta gereja tersebut. Saat itulah Lina mengungkap rahasia yang selama ini ia pendam.

“Tuhan terus menegur saya, sampai saya bermimpi: saya berdiri di suatu lorong yang gelap dan bau. Saya mendengar teriakan-teriakan di dalam gang itu, juga suara pecutan-pecutan. Saya bilang, ‘Ih, saya ngga mau kesitu.’ Disitulah saya mendengar suatu suara yang mengatakan: Aku mengasihi kamu, sebab itu aku tidak mau kamu berada di dalam jalan itu.”

Suatu hari seorang teman mengajak Lina dan Harry ke sebuah ret-reat. Harry menyetujui ajakan tersebut dan datang bersama Lina.

“Pembicara menceritakan tentang perempuan yang berzinah,” tutur Harry. “Siapa diantara kamu yang tidak berdosa, lemparkan batu pertama pada perempuan itu. Disitu Tuhan bukakan hati saya.”

“Dengar firman di ret-reat itu, membuat saya semakin yakin kalau ini waktu Tuhan untuk bertobat. Saya membaranikan diri untuk maju, dan saya mengatakan apa yang terjadi dengan saya.”

Didepan mata suaminya, dan juga banyak orang yang hadir dalam acara tersebut, Lina mengakui perselingkuhan yang ia jalani selama 16 tahun. Harry seperti disambar petir di siang hari, shock, bingung, bahkan ia jadi seperti orang yang linglung.

“Saya cukup shock saat itu, kok istri saya bisa begitu. Saya kemudian juga dipanggil ke depan, saya ngga bisa bicara apa-apa. Saya hanya diam.. Mungkin saat itu saya seperti orang tolol. Saya hanya diam, dan kami di doakan,” demikian pengakuan Harry.

Amarah, kebencian dan rasa dikhianati, itulah yang dirasakan Harry. Ia merasa sangat bodoh bisa di bohongi oleh istrinya selama belasan tahun. Setiba di rumah, kemarahan Harry tak terbendung.

“Malam itu kami bertengkar sampai pagi, suami saya tidak terima,” ungkap Lina.

Berbagai pertanyaan Harry lontarkan, namun Lina hanya berdiam diri saja sambil menangis. Tekanan demi tekanan hari lakukan, Lina tetap tidak bergeming. Lina pun menghubungi pembimbing rohaninya, dan sebelum berangkat ke kantor pagi itu, mereka menyempatkan diri datang ke rumah Harry dan Lina.

“Saya mau ceraikan istri saya, “ demikian ungkap Harry. “Saya sudah tidak sanggup lagi.”

Pembimbing rohani mereka menenangkan Harry, dan memintanya untuk berpikir ulang tentang keputusannya tersebut. Harry pun masuk kembali ke kamar.

“Di dalam kamar, firman Tuhan itu terus teringat. “Apakah kamu orang tidak berdosa?” Saya menangis, saya tanya Tuhan: Apa yang harus saya perbuat Tuhan, apa yang bisa saya lakukan dengan masalah seperti ini? Tapi firman Tuhan itu terus mengingatkan saya, saya orang berdosa. Bahwa kita harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh. Saya berkata, saya tidak sanggup Tuhan. Saya berdoa, menangis. Terus terang, sebelumnya saya tidak pernah berdoa. Tuhan lembutkan hati saya, saya ambil keputusan, saya minta ampun sama Tuhan.”
Harry keluar dari kamar dan menghampiri istrinya, temannya langsung memegangnya takut Harry akan memukul Lina. Tapi yang terjadi sebaliknya.

“Dia menghampiri saya dan meminta maaf,” ungkap Lina haru.

Keduanya saling berpelukan dan saling meminta maaf. Apa yang mustahil, mengampuni orang yang telah mengkhianatinya selama belasan tahun, itu terjadi dalam satu hari, karena kasih Tuhan yang memampukan Harry. Sejak hari itu, pemulihan demi pemulihan terjadi dalam pernikahan Harry dan Lina. Bahkan hubungan keduanya semakin harmonis dan penuh kasih.

“Karena kasih Tuhan yang begitu luar biasa, sehingga keluarga kami bisa utuh kembali. Rumah tangga kami harmonis kembali. Terima kasih Tuhan untuk semuanya ini, melalui masalah ini Tuhan bentuk kami,” demikian Harry menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 20 Mei 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel). [source]

Blog Archive